Senin, 21 Mei 2012

Kesenian "BUNCIS" dari Banyumas


Seni Buncis Banyumas yang hampir Punah
 
B
UNCIS pada pandangan kebanyakan orang adalah salah satu jenis sayuran untuk lauk pauk. Tapi Buncis yang dimaksud bukanlah itu, Buncis di sini adalah kesenian angklung rakyat Banyumas. Pada kesenian ini pemain terdiri dari tujuh orang sebagai penari sekaligus penyanyinya. Enam orang diantaranya memegang alat musik  angklung bernada 2 (ro), 3 (lu), 5 (ma), 6 (nem), 1 (ji tinggi), 2 (ro tinggi) dan satu orang diantaranya memegang gong bumbung. Nyanyian yang biasa dibawakan yaitu berupa gendhing-gendhing Banyumasan, antara lain : Blendrong Kulon, Eling-eling, Gudril, Kulu-kulu, Lor Garut, Manyar Sewu, Pacul Gowang, Renggong Manis, Ricik-ricik, dan Sekar Gunung.
Dalam keseluruhan penampilannya para pemain mengenakan rompi, layaknya seorang prajurit kerajaan tempo dulu dan menggunakan celana yang panjangnya di atas mata kaki. Serta mengenakan potongan kain pada celananya menyerupai rumbai-rumbai. Sedang pada kepalanya mengenakan mahkota dari tapas kelapa yang dihiasi bulu ayam. Dalam keseluruhan penampilannya menyerupai pakaian orang Dayak.
Setelah mengalami pasang surut buncis saat ini masih tetap bertahan di Banyumas, tepatnya di Grumbul Lampeng, Desa Tanggeran, Kecamatan Somagede. Untuk saat ini buncis hanya tersisa tiga kelompok saja. Di Desa Tanggeran dua kelompok tepatnya di Grumbul Lampeng dan Grumbul Banjengan, dan di Desa Klinting satu kelompok.
Menurut Bapak Awin, minggu ( 30 / 4 ) Grumbul Lampeng merupakan cikal bakal buncis di Kecamatan Somagede. Menurutnya buncis berasal dari kata “ Bun “ yang berarti buntaran atau kepala keris dan “ Cis “ yang berarti senjata. Antara nama buncis dengan sejarahnya memanglah ada keterkaitan, yaitu dari cerita Raden Prayitno yang mempunyai senjata berupa patron atau keris kecil. Pada suatu saat buntaran keris tersebut lepas dan pecah lalu keluar manusia-manusia berbulu yang dikenal dengan buncis.
Menurut Bapak Santarji ( 30 / 4 ) yang merupakan ketua buncis Grumbul Lampeng. Ia mempunyai kekhawatiran kalau seni buncis ditempatnya hilang dimakan zaman. Oleh karena itu, ia mendirikan rombongan buncis baru untuk menggantikan rombongan buncis yang telah bubar. Untuk rombongan buncis saat ini, Ia memberikan nama “ Ngudi Utama “ sebagai yang pertama. Anggota rombongan sekarang ini merupakan anggota buncis lawas dan kekurangannya mengambil dari remaja sekitar. Untuk mengasah kemampuan rombongan buncis ini melakukan latihan rutin setiap rabu malam dan sabtu malam di kediaman Bapak Raji Samin ( Indra Kukuh Subekti ).  

Perlu perhatian dari dinas pariwisata dan budaya dan masyarakat untuk melestarikannya, diambil dari berbagai sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar