Wudhu merupakan salah satu ‘amaliyah
ta’abbudiy sebagai syarat sahnya melaksanakan ibadah shalat. Prinsip dari
pelaksanaan ibadah adalah untuk memelihara agama (hifzhu al-dîn) yang termasuk
salah satu katagori dharûriyah (apabila tidak dipelihara akan merusak
eksistensi agama).[1]Pensyari’atan wudhu didasarkan kepada nash al-Qur’an
(Surat al-Maidah ayat 6), al-Sunnah (Terdapat 2079[2] hadits yang berkenaan
dengan wudhu, di antaranya 378 hadits berkenaan dengan rukun wudhu dan 762
hadits tentang sunat-sunat wudhu) dan al-ijma’.
Maqâshid al-syarî’ah (tujuan syara’) secara
global dalam menetapkan hukum-hukumnya adalah untuk kemaslahatan hidup manusia,
baik di dunia maupun di akhirat.[3] Tidak semata-mata Allah memerintahkan
jikalau bukan berakibat maslahat untuk manusia bila dikerjakan. Demikian
sebaliknya, tidaklah semata-mata Allah melarang sesuatu jikalau bukan berakibat
kemaslahatan bila ditinggalkan.
Oleh karena itu, penelitian ini mengungkapkan
maqâshid al-syarî’ah tâbi’ah dan hikmah yang ada di dalam salah satu syari’at
Islam, yaitu wudhu, dari dimensi ilmu akupunktur. Pilosofi wudhu merupakan
suatu persiapan mental untuk mengerjakan shalat. Kesucian dan kesejukan yang
ditimbulkan oleh wudhu dapat membangkitkan konsentrasi dalam pelaksanaan
shalat, karena wudhu dapat menstimulir lima organ panca indra yaitu mata,
telinga, hidung, mulut, tangan dan kaki.
Para pakar syaraf (neurologists) telah
membuktikan bahwa dengan air wudhu yang mendinginkan ujung-ujung syaraf
jari-jari tangan dan jari-jari kaki berguna untuk memantapkan konsentrasi
pikiran. Terlebih lagi secara keseluruhan dengan ujung-ujung syaraf seluruh
anggota wudhu.
Pada anggota badan yang terkena perlakuan
kayfiyat wudhu terdapat ratusan titik akupunktur yang bersifat reseptor
terhadap stimulus berupa basuhan, gosokan, usapan, dan tekanan/urutan ketika
melakukan wudhu. Stimulus tersebut akan dihantarkan melalui meridian ke sel,
jaringan, organ dan sistim organ yang bersifat terapi. Hal ini terjadi karena
adanya sistem regulasi yaitu sistem syaraf dan hormon bekerja untuk mengadakan
homeostasis (keseimbangan).
[4]Titik-titik akupunktur, suatu fenomena yang
menarik bila dikorelasikan dengan kayfiyat wudhu yang disyari’atkan 15 abad
yang lalu. Semua titik akupunktur memiliki multi indikasi (banyak khasiat)
untuk pencegahan dan pengobatan berbagai macam penyakit. Adapun jumlah titik
yang terdapat pada anggota wudhu sudah teridentifikasi minimal 493 titik,
perincian jumlahnya seperti pada tabel berikut:
[5] Anggota Wudhu(rukun dan sunat)
JumlahTitik Akupunktur
- Wajah 84
- Tangan 95
- Kepala 64
- Telinga[6] 125
- Kaki 125
Jumlah 493
Contoh, kayfiyat membasuh kedua telapak tangan
sampai pergelangan tangan sebelum berwudhu dan membasuh tangan sambil Takhlil
(menyela-nyela jari). Membasuh kedua telapak tangan sampai pergelangan tangan
dan takhlil merupakan dua kayfiyat sunat wudhu, sementara membasuh tangan dari batas
ujung jari sampai siku merupakan rukun wudhu. Dari ketiga kayfiyat tersebut
sudah teridentifikasi 95 titik akupunktur.
Satu diantaranya adalah ketika melakukan
takhlil, diantara sela-sela jari tangan dan kaki terdapat masing-masing satu
titik istimewa (Ba Sie pada sela-sela jari tangan & Ba Peng pada sela-sela
jari kaki). Jadi, keseluruhannya terdapat 16 titik akupunktur.
Berdasarkan riset fakar akupunktur,
titik-titik tersebut apabila dirangsang dapat menstimulir bio energi (Chi) guna
membangun homeostasis. Sehingga menghasilkan efek terapi yang memiliki multi
indikasi, seperti untuk mengobati migren, sakit gigi, tangan-lengan merah,
bengkak, dan jari jemari kaku.
Menurut AM. Isran, titik pada sela-sela jari
tersebut merupakan tombol-tombol pengeluaran sampah bio listrik.Contoh lainnya
adalah menyapu telinga, jumlah hadits mengenai menyapu telinga lebih dari 30
hadits. Daun telinga banyak dipersarafi oleh sejumlah saraf dan dialiri oleh
sejumlah pembuluh darah (vascularisasi).
Pada daun telinga sudah teridentifikasi
minimal sebanyak 125 titik akupunktur (auriculopunktur), yang dapat digunakan
sebagai preventif (pencegahan) dan kuratif (pengobatan) sejumlah penyakit,
minimal untuk 125 penyakit.
Pemanfaatan pengobatan melalui titik-titik
akupunktur telinga saat ini sangat pesat sekali penggunaannya baik di Barat
(Kanada, Amerika, Perancis, Jerman dan Austria) maupun di Timur dan Asia
seperti Cina, India, Arab dan, Mesir.[7] Ummat Islam, menyapu kedua telinga
setiap kali berwudhu, berarti sudah melakukan aurikulopressur (pijat akupunktur
telinga) yang berimplikasi terhadap kesehatan.
Anggota wudhu ada yang masuk kategori rukun
dan ada pula yang sunat. Kedua kategori tersebut dalam perspektif ilmu
akupunktur korelasinya sangat signifikan. Kemudian, salah satu maqâshid
al-syarî’ah tâbi’ah wudhu, sudah jelas diungkapkan secara eksplisit dalam
dalalat al-‘ibarah nash al-Qur’an Surat al-Maidah ayat 6, yaitu untuk
menyucikan atau membersihkan (ليطهركم). Sedangkan kesucian atau kebersihan
berkorelasi dengan kesehatan, baik kesehatan jasmani maupun rohani.
Tingkat signifikansi korelasi kayfiyat wudhu
dengan kesehatan dalam perspektif ilmu akupunktur, sangat tergantung kepada
sejauhmana optimalisasi pelaksanaan wudhu tersebut sesuai dengan isyarat untuk
menyempurnakan wudhu sebagaimana tuntunan sunnah Nabi Saw.
Apabila semakin optimal, berdasarkan
perspektif keilmuan (’ilmu al-yaqîn) sudah barang tentu akan semakin memberikan
manfaat kesehatan secara holistik. Problemanya, kayfiyat wudhu yang bagaimana
yang akan memberikan signifikansi tinggi terhadap kesehatan tersebut?
Sebab kita dihadapkan kepada beragam madzhab
dalam tata-laksana wudhu. Misalnya, Ibnu ’Arabi dalam kitabnya, Ahkâmu
al-Qur’an, telah menjelaskan kayfiyat mengusap kepala saja sampai terdapat sebelas
versi. Di antaranya,
- cukup menyapu selembar rambut
saja;
- cukup tiga lembar rambut;
- menyapu seperempat;
- menyapu seluruh kepala;
- cukup menyapu dua pertiga
bagian;
- cukup menyapu sepertiga bagian;
- dan cukup menyapu bagian depan
saja.
[8] Tesis ini, secara deskriptif analitis
telah menjelaskan alternatif pilihan sebagai solusi dari problema tersebut.
Misalnya, kayfiyat pada tangan dan kaki, arah gosokan sebaiknya dari mana
kemana; frekwensinya berapa kali; dan intensitasnya bagaimana. Demikian halnya
dengan seluruh aktivitas wudhu yang lainnya, baik yang rukun, sunat maupun
adab-adab wudhu, telah dideskrifsikan dalam tesis ini, sebagai analisa dari
nash dan pendapat ulama yang dikorelasikan dengan ilmu kesehatan (ilmu
akupunktur khususnya) sebagai pengungkapan maqâshid al-syarî’ah tâbi’ah wudhu.
Selanjutnya, tesis inipun menjelaskan aplikasi
terhadap konsep-konsep nash. Seperti, terahadap konsep ghasala, masaha, dan
al-dalk yang berkorelasi dengan titik-titik akupunktur dan meridian untuk
memberikan stimulasi yang optimal.Selain menjelaskan korelasi wudhu dengan
kesehatan jasmani, dijelaskan pula korelasi wudhu dengan kesehatan rohani.
Hikmah wudhu bagi kesucian baik lahiriyah
(jasmani) maupun bathiniyah (rohani) sangatlah tinggi. Wudhu, dapat dijadikan
sebagai sarana bertaubat untuk membersihkan diri dari dosa guna kesucian dan
kesehatan rohani. Hal tersebut didasarkan kepada sejumlah hadits, di antaranya
digambarkan bergugurannya dosa bersamaan dengan jatuh mengalirnya air dari
setiap anggota wudhu.
Sehingga, wudhu dapat membangun kecerdasan
spiritual (Spiritual Question), kecerdasan emosional (Emotional Question) dan
kecerdasan intelektual (Intelectual Question). Oleh karena itu, dalam tesis ini
wudhu dijelaskan secara terpadu dari dimensi kesehatan holistik.
Akhirnya, penelitian yang bersifat library
research ini dengan didukung field research sederhana, mudah-mudahan dapat
memberikan sumbangsih keilmuan yang applicable; menjadi salah satu alternative
solusi memperbaiki kayfiyat wudhu yang berkorelasi dengan kesehatan; dan
menjadi inspirasi penelitian-penelitian berikutnya dalam berbagai perspektif
yang lebih mendalam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar